Setelah menanti lebih dari 3 bulan, akhirnya surat pemanggilan itu datang. Lulus di seleksi CGP Angkatan 8, namun ikut PGP Angkatan 9 sedikit berada di luar dugaan. Namun cukup senang karena petualang baru akan dimulai: Calon Guru Penggerak. Tanggal 16 Agustus kegiatan langsung dimulai dengan Lokakarya Orientasi atau bisa juga disebut sebagai Loka 0 karena dimulai sebelum Lokakarya 1.
Dari Lokakarya 0 hingga mempelajari modul 1.1 tentang pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara ini cukup membuka wawasan baru bagi saya, terlebih untuk saya yang tak datang dari latar belakang pendidikan. Sebagian ada yang telah saya ketahui, namun lebih banyak yang baru saya pelajari. Saya kini paham bahwa pendidikan dan pengajaran adalah berbeda. Pengajaran adalah bagian dari pendidikan. sedangkan pendidikan sendiri punya makna yang lebih luas dari sekedar pengajaran. Saya sebagai guru mulai merenungi hakikat tugas dan tanggung jawab sebagai guru yang bertugas menuntuk kodrat anak. Sudahkah saya menuntun mereka sesuai kodratnya?
Saya merasa bahwa apa yang saya lakukan belum sepenuhnya saya terapkan. Pembelajaran saya 2 minggu belakangan ini masih berkutat dengan materi. Sambil saya kembali mengenali murid-murid lebih dekat, mencoba mengenali potensi, bakat, minat mereka. Kodrat mereka. Memang tak mudah bagi saya. Tapi saya mencoba dan berusaha. Terkadang saya merasa terbebani dengan banyak tugas dan kewajiban tambahan, namun sekaligus tertantang. Dari sana saya kembali belajar manajemen waktu dan prioritas pekerjaan.
Saya menemukan bahwa saya masih belum bisa memahami murid-murid saya seutuhnya. Saya menemukan bahwa metode pembelajaran saya masih jauh dari kata ideal untuk seorang guru benar-benar berpihak pada murid apalagi guru yang menuntun kodrat murid. Saya melihat banyak yang harus saya pelajari terutama tentang pembelajaran berdifernsiasi. Termasuk pembelajaran bermakna bagi murid-murid saya.
Saya akan mulai memetakan kodrat mereka, menyisipkannya kepada pembelajaran, dan menuntun mereka sesuai kodranya. Saya akan mulai dengan memetakan kemampuan, bakat, dan minat mereka dengan alat ukur yang ada. Semampu dan sebisa saya. Saya yakin dan optimis saya mampu. Kepercayaan bahwa setiap anak istimewa dengan bakatnya masing-masing harus terus saya pegang selama pembelajaran. Bukankah saya juga dulu tidak ingin disamakan atau dibandingkan dalam kemampuan dengan dengan seumuran?
Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 1.1 – Metode 4F – Sabtu, 02 September 2023