Aksi Nyata I

Aksi Nyata 1 terkait modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hadjar Dewantara.

Saya mencoba menerapkan salah satu pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang juga menjadi tujuan dari pendidikan.

“Tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.”

– Ki Hadjar Dewantara

Saya menerapakan pemikiran KHD ini dalam pembelajaran di kelas. Sebagai guru yang bertugas untuk menuntuk kekuatan kodrat anak, saya berupaya secara maksimal dalam memberikan pengajaran, pendidikan dan menemukan sekaligus menggali potensi, minat, bakat murid di kelas dan di luar kelas.

Dalam konteks ini, ada beberapa hal yang saya lakukan untuk ini.

Pertama, saya tidak memaksakan semua murid untuk mendapatkan nilai tinggi pada mata pelajaran yang saya ampu. Selain karena pelajaran eksak, saya juga yakin tidak (harus) semua murid di kelas menyukai pelajaran saya. Bukan nilai 90 atau 100 setiap ada tugas, latihan soal atau ujian yang saya tekankan, namun yang terpenting dari itu adalah murid telah berusaha maksimal untuk mengerjakan dan tidak meninggalkan kewajibannya mengerjakan/mengumpulkan soal. Nilai tidak jadi masalah. Dalam ujian misal, yang terpenting murid telah berusaha dan berupaya dengan jujur dan baik dalam mengerjakan, itu sudah sebuah prestasi bagi saya sebagai guru.

Karena saya juga yakin, setiap anak itu istimewa dan dia memiliki kelebihan di bidang yang tidak harus sama. Mungkin di pelajaran saya si A memiliki nilai kurang dan tidak terlalu menyukai pelajaran saya, tapi bisa jadi di pelajaran lain dia bagus dan menyukainya. Setiap anak pasti punya kelebihan dan kesukaannya masing-masing sesuai kodratnya masing-masing. Tugas pendidik adalah menuntunnya, dan memperbaiki lakunya, budinya, sikapnya, dalam tumbuh kembangnya.

Mungkin di kelas saya ada yang tidak terlalu pandai berhitung, namun ia senang sekali berbicara. Biasanya saya beri kesempatan lebih dia untuk berbicara atau presentasi pemahaman dia dan/atau bersama kelompokknya di saat teman-temannya mengerjakan tugas. Itu juga merupakan bakat atau kodrat anak yang perlu diasah atau dipertebal oleh guru.

Kedua, sesekali di sela-sela pelajaran atau sebelum masuk ke pelajaran, atau juga di akhir pelajaran sekalian melakukan refleksi, saya berbagi informasi, motivasi, pengalaman terkait bagaimana murid dapat menemukan minat, bakat serta potensi mereka dalam belajar. Benarlah kata KHD bahwa ilmu pendidikan tidak berdiri sendiri, tapi ada ilmu-ilmu lain yang merupakan syarat-syarat pendidikan, di antaranya adalah ilmu jiwa (psikologi) dan ilmu kesopanan (etika). Nah, guru sebagai pendidik juga harus dapat menguasai, atau setidaknya mengetahui ilmu-ilmu ini. Menemukan dan menggali potensi, minat dan bakat bukan hal mudah bagi anak-anak, bahkan orang dewasa. Maka mereka pasti membutuhkan hal tersebut dari kita.

Pun juga begitu dengan kesopanan dan etika. Ini adalah hal dasar yang harus dimiliki oleh guru sebagai pendidik. Karena ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani , pendidik harus menjadi teladan jika di depan, menjadi rekan di tengah, dan memberikan dorongan jika di belakang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *